Menulis sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama tidak cukup hanya melihat niat para pendiri atau tujuan pendiriannya.Harus dilihat pula aspek konteks globalnya, yakni konteks yang menghubungkan pengalaman mereka (para pendiri itu) saat sebagai santri di pengajian di Mekkah dan ketika kembali ke Tanah Air.
Aspek ini menarik untuk dilihat ketika KH Hasyim Asy'ari dan para kiai pendiri NU belajar di lingkungan Masjidil Haram.Salah seorang syekh terkenal di sana adalah Syekh Ahmad Zaini Dahlan (w. 1886).Penulis buku Syarh Ajurumiyyahyangbanyakdiajarkandi pesantren-pesantren ini adalah kawan akrab Syekh Nawawi Banten dan punya banyak murid dari Nusantara. Ada sekitar dua puluhan karya tulis yang dihasilkannya.Salah satunya berjudul Khulashatul Kalam fi Bayani Umara Baladil Haram (editor Muhammad AminTawfiq,edisi Dar Al-Saqi,1993).
Hal itu termasuk pada diri Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Wahab Hasbullah yang kemudian mendirikan NU di Jawa pada 1926. Ada tiga kekuatan yang sedang bertarung saat itu: kesultanan Turki-Usmaniyah, imperialismeInggrisdanPrancis, dan ekspansi dinasti Saud dengan kelompokWahabinya. Syekh Ahmad Zaini Dahlan menggambarkan dengan rinci bagaimana permainan ketiga kekuatan itu di bagian akhir bukunya itu. Cengkeraman politik Turki-Usmani sangat kuat.Ada belasan ribu pasukan Muhammad Ali Pasha dari Mesir,representasi kekuasaan Turki-Usmaniyah di sekitar Mekkah. Ada pula rongrongan pasukan Saud-Wahabi dengan dukungan Inggris-yang sewaktu-waktu bisa menyerang Mekkah seperti yang pernah terjadi pada 1802,namun sempat dihalau kembali oleh tentara Mesir- Turki di tahun berikutnya.
Lalu,kehadiran Inggris dan Prancis yang ingin mengamankanjalurekonomimerekadi pesisir timur dan barat Jazirah Arab. Kedua negara imperialis ini berupaya mengurangi pengaruh Turki- Usmani di sekitar wilayah Syria dan mengamankan jalur transportasi menuju Terusan Suez. Serangan Inggris ke Kota Jeddah di tepi Laut Merah pada 1857 menunjukkan posisi strategis kekuatan ekonomi Hijaz saat itu. Untuk menghadapi ketiga kekuatan tersebut, Syarif Mekkah mendapat dukungan para ulama Hijaz yang kebanyakan bermazhab Syafi'i.Syarif Abdullah (1858-1877) mengangkat Zaini Dahlan sebagai mufti Mekkah pada 1871.
Jabatan tersebut dipegang hingga tiga syarif berikutnya.Selama itu pula Zaini Dahlan melihat sendiri bagaimana posisi ulama bukan hanya terlibat dengan urusan pengajian, tapi juga terlibat aktif dalam pergumulan politik masa itu. Ada dua isu besar yang menjadi perhatian Syekh Zaini Dahlan wak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar